24 Mei 2014

Marhaban Ya Ramadhan: Puasa dan maknanya bagi keperibadian

Beberapa bulan lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan, bulan penuh kemulyaan, yang dinanti umat Islam. Sekedar lapar dan hauskah? atau Semata-mata hanya melaksanakan Kewajiban. Saya mencoba merenungi tentang ibadah Puasa dibulan Ramadhan. Dan mencatat beberapa poin dibawah ini:
  1. Puasa di Bulan Ramadhan di tujukan bagi hamba yang spesial: Puasa dibulan Ramadhan merupakan Salah satu ibadah yg istimewa, saya menangkap makna bahwa ini Satu wujud Perlakuan spesial Tuhan Melalui sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahiem Nya. Karena Perintah puasa di awali dengan Kata”wahai Orang-orang beriman” Sebagaimana dalam firmannya. Sehingga tak sembarang orang yg diberi perintah puasa, kecuali orang yang sudah memiliki keyakinan (beriman).
  2. Mengurangi / meredakan permasalan pribadi manusia: Semua permasalahan dan persoalan yang terjadi pada manusia dalam segala aspek dan dimensi kehidupan. Kalau kita cermati, sebenarnya awal persoalan adalah munculnya keinginan yang berlebihan (tidak wajar), sehingga melalui titik ini menghasikan sikap dan prilaku yang cenderung bermasalah dan membuat masalah baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Melalui puasa di Bulan Ramadhan orang beriman akan makrifat pada nilai-nilai kemanusiaannya, semua keinginan-keinginan berlebihan itu dikurangi bahkan diredakan, kita akan dikembalikan untuk melihat kebutuhan yang paling dasar paling primitive bagi manusia, yaitu seteguk air, sesuap nasi, dan pakaian untuk melindungi tubuh kita. Manusia kebutuhan dasarnya tak melebihi itu, disamping kebutuhan dasar lainnya seperti udara, matahari, dan sebagainya. 
  3. Berpuasa di Bulan Ramadhan adalah bertauhid, pada dasarnya setiap manusia bisa dipastikan secara fitrah membutuhkan kekuatan yang Maha mengatur kekuatan lainnya, beragama adalah bentuk fitrah pencarian manusia. Manusia kalau mau jujur pasti akan bertanya tentang desainer alam raya dan yang mengendalikan kehidupan. Sejarah mencatat, Fir’aun sebagai manusia yang paling angkuh dan mengingkari adanya Tuhan, bahkan lebih parah lagi dia mengaku Tuhan. Di saat Fir’aun dihadapkan pada ketidak berdayaan karena tenggelamnya dia dan pasukannya. Kemudian akhirnya dengan tulus mengakui adanya Tuhan, walaupun pengakuan tersebut terlambat. Artinya bahwa bertuhan sebenarnya fitrah manusia. Nah melalui Puasa, orang-orang beriman di ajarkan bertauhid, melepaskan semua keinginan badani dan berserah diri yang sedalam-dalamnya terhadap Tuhan sang pencipta.